Jumat, 03 April 2015

Analisis Kebutuhan Air bersih Kecamatan Hiri



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Sumber daya alam (SDA) adalah semua benda yang berasal dari alam atau semua kekayaan bumi baik yang bersifat biotik maupun abiotik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Sumber daya alam (SDA) yang terdapat di bumi ini sangat banyak dan beragam. Penggolongan SDA pada umummnya didasarkan pada terbentuknya yang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber daya alam (SDA) yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui.
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui, adalah sumber daya alam yang apabila sudah digunakan dapat diusahakan kembali seperti semula, baik proses alamiah maupun oleh usaha manusia. Misalnya , flora, fauna, air, dan tanah. (Ratna R. Melati, 2012)
Air adalah zat atau material atau unsur penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini dibumi, tetapi tidak di planet lain dalam sistem tata surya dan menutupi hampir 71% permukaan bumi (http://id.wikipedia.org/wiki/Air, 2009; Matthews, 2005). Wujudnya bisa berupa cairan, es (padat) dan uap/gas. Dengan kata lain karena adanya air, maka bumi merupakan satu-satunya planet dalam tata surya yang memiliki kehidupan (Parker, 2007).
Manusia dan semua mahkluk hidup lainnya membutuhkan air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan, manusia wajib minum air putih minimal 2 liter (atau 8 gelas) per hari dan maksimum 7% kali berat badan. Tumbuhan (flora) dan binatang (fauna) juga mutlak membutuhkan air. Tanpa air keduanya akan mati, sehingga dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. Dengan kata lain air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup.
Kurang lebih 67% atau dua pertiga dari berat tubuh manusia adalaah air. Dua pertiga (2/3) dari air ini terdapat dalam sel-sel tubuh dan sepertiga (1/3) terdapat dalam rongga-rongga yang memisahkan sel-sel tersebut. Oleh karena itu, seluruh kegiatan sel seyogyanya dalam lingkungan yang cair. Secara implisit dapat di katakan bahwa manusia adalah air yang hidup (Hutapea, 2005). Juga dapat dikatakan bahwa air adalah Karunia TuhanYang Maha Esa (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
Semua organisme yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas metaboliknya mengambil tempat di larutan air (Enger dan Smith, 2000). Dapat disimpulkan bahwa untuk kepentingan manusia dan kepentingan komersial lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan.
Untuk tanaman, kebutuhan air juga mutlak. Pada kondisi tidak ada air terutama pada musim kemarau tanaman akan segera mati. Sehingga dalam pertanian disebutkan bahwa kekeringan merupakan bencana terparah dibandingkan bencana lainnya. Bila kebanjiran, tanaman masih bisa hidup, kekurangan pupuk masih bisa diupayakan namun tanaman akan mati saat tak ada air pada bencana kekeringan. Contoh kasusnya di kecamatan Pulau hiri Kelurahan Faudu terletak di sebelah timur Pulau ternate Propinsi Maluku Utara,
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung di kepulauan hiri, penelitian menunjukan bahwa penduduk pulau hiri pada saat musim hujan penduduk menggunakan air sumur dan air hujan untuk dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada saat musim kemarau penduduk kekurangan air bersih untuk di konsumsi, sebab sebagian besar air sumur penduduk setempat hampir mengering dan berubah warna dari air yang awalnya tidak berwarna, sekarang warnanya berubah menjadi agak kecoklatan. Untuk mendapatkan air bersih dan di konsumsi dalam kehidupan sehari-hari, penduduk pulau maitara mengambil air bersih di hiri tepatnya di sekitar di desa faudu
   Dengan latar belakang yang telah dideskripsikan, maka masalah yang menjadi peninjau peneliti dalam penelitian ini adalah: Analisis Kebutuhan air bersih di Kecamatan Pulau Hiri Kelurahan Faudu”.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Kesulitan para penduduk mengkonsumsi air bersih di pulau Hiri,
2.      Saat terjadi musim hujan di Pulau hiri, penduduk menggunakan air hujan dan air sumur untuk dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari,
3.      Saat musim kemarau masyarakat kekurangan air bersih untuk di konsumsi.

I.3 Batasan Masalah
Dari beberapa masalah di atas maka masalah dalam penilitian ini, dibatasi pada analisis kebutuhan air bersih di  Kecamatan Pulau Hiri Kelurahan faudu
I.4 Rumusan Maslah
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Analisis kebutuhan air bersih di Kecamatan pulau Hiri Kelurahan Faudu.
I.5. Tujun Penelitian
 Tujuan utama penilitian ini adalah, untuk mengetahui analisis kebutuhan air bersih di Kecamatan Pulau Hiri Kelurahan faudu.

I.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penilitian ini adalah:
1.      Manfaat Praktis
Bagi pengambil kebijakan terutama pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna di dalam pengambilan kebijakan agar lebih memperhatikan masalah air bersih yang ada di Pulau hiri.
2.      Manfaat Teoritis
Dalam penelitian ini diharapakan agar mahasiswa, khususnya mahasiswa program studi pendidikan geografi agar dapat menimbah ilmu pengetahuan dan kedepannya bisa mengabdi kepada masyaraka.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1 Keilmuan Geografi
Pengertian Geografi, menurut Seminar Lokakarya (Semlok) di IKIP Semarang pada tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan, dan dalam konteks keruangan. Pengertian ini lebih memperjelas kedudukan geografi, dimana objek dari geografi adalah fenomena geosfer yang dipandang dari sudut pandang kelingkungan, kewilayahan, dan dalam konteks keruangan merupakan fokus kajian utama dalam mempelajari geografi.
Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas, kita dapat mengetahui apa yang dikerjakan para geograf, yaitu meneliti, menganalisis, menjelaskan, serta melukiskan tentang berbagai pola relasi antara manusia dengan lingkungannya, baik karena perbedaan maupun karena keragamannya. Secara ringkas, uraian pengertian geografi diatas walau tampak berbeda namun memperlihatkan satu kesamaan dalam memandang geografi, yaitu ilmu ini mendeskripsikan lingkungan tempat hidup manusia dan relasi timbal balik antara manusia dengan lingkungannya atau berkenaan dengan ruang dan hubungan antar ruang.
Sesuai dengan judul penelitian yang diteliti mengenai Analisis kebutuhan air bersih di Pulau Maitara. Dalam penelitian ini yang di kaji adalah Air, mengenai air berkaitan dengan, objek studi geografi yang terbagi atas objek material dan objek formal. Objek material geografi merupakan sasaran atau yang dikaji dalam studi geografi, yaitu lapisan-lapisan bumi atau lebih tepatnya fenomena geosfer. Cakupan geosfer meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer. Sedangkan objek formal geografi merupakan metode pendekatan yang digunakan dalam mengkaji suatu masalah, yaitu dilakukan dengan konteks keruangan. Adapun metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek, yakni aspek keruangan (spatial) kelingkungan (ekologi), kewilayahan (regional) serta aspek waktu (temporal). (Dr. Iwan Hermawan, M.Pd 2009).
Air dalam hal penelitian ini yang di kaji adalah fenomena geosfer yang cakupannya adalah hidrologi. Hidrologi adalah ilmu yang memepelajari tentang terjadinya, pergerakan air dan distribusi di bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan kehidupan. (Joyke Marta ddan Wanny Adidarma 1978).
Penelitian ini lebih menakankan pada geografi fisik yaitu mengenai air, berbicara mengenai air tidak terlepas dari objek studi geografi yaitu objek material yang mencakup fenomena geofer yaitu hidrosfer (Lapisan Air).

II.2 Definisi Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990.
1.      Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama. Persyarakat tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan kuantitatif dan persyaratan kontinuitas.

a.      Persyaratan Kualitatif.
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes
10 No.416/Menkes/PER/IX/1990dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:
1.    Syarat-syarat fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.
2. Syarat-syaratKimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3. Syarat-syaratbakteriologis danmikrobiologis.
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.
4. Syarat-syarat Radiologis.
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

b.      Persyaratan Kuantitatif (Debit).
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari  standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.
c.       Persyaratan Kontinuitas.
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00 WIB.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek.Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan
dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan.Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.
2. Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih
            a. Sistem Distribusi Air Bersih        
Menurut Damanhuri, E., (1989) sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan, dan reservoir distribusi. Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini
adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoirdistribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua  macam sistem menurut Kamala, K. R., (1999), adalah sebagai berikut:
a. Continuous system.
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam.Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.
b. Intermitten system.
Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.
b.      Sistem Pengaliran Air Bersih
Pendistribusian air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard, S.P.et.al (1985) sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Cara Gravitasi.
Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,
sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
b. Cara Pemompaan.
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi kekonsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.
c. Cara Gabungan.
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat,misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.


c.       Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih.
Martin,D., (2004) mengkategorikan kegiatan perencanaan untuk sistem distribusi air bersih/minum pada dua kategori yaitu:
1. Perencanaan pada daerah yang belum ada sistem distribusi perpipaan sama sekali atau biasa disebut sebagai Green Area.
2. Perencanaan pada daerah yang sudah ada sistem distribusi sebelumnya dan sifat perencanaan adalah mengembangkan sistem yang sudah ada. Secara umum perbedaan langkah-langkah dalam perencanaan dari keduakategori tersebut adalah pada perencanaannya, dimana sistem sudah ada perencana harus mengevaluasi sistem yang sudah ada terutama dari kapasitas,kemudian beranjak dari kapasitas yang ada direncanakan pengembangannya. Ada dua hal penting yang harus dikaji dalam merancang sistem air bersihyaitu:
1. Kajian dari sisi kebutuhan air.
2. Kajian dari sisi pasokan air.
Dengan mengkaji kedua hal ini dengan baik maka dapatlah dirancang sistemdistribusi yang optimal.
d.      Perencanaan Jaringan Perpipaan Air Bersih di Green Area.
Pada kondisi ini pelayanan air minum dengan perpipaan diasumsikan belum ada sehingga perencana mempunyai keleluasaan untuk membentuk jaringan pipa sesuai dengan kebutuhan air dilapangan.
1. Kajian dari Sisi Kebutuhan Air.
Tahapan mengkaji kebutuhan air meliputi:
a. Kajian terhadap peta.
b. Pembuatan zone pelayanan.
c. Perhitungan kebutuhan air zone pelayanan tersebut.
2. Kajian Terhadap Peta.
Kajian terhadap topografi lokasi perencanaan, kajian ini dilakukandengan menggunakan peta kurang lebih 1:10.000 sampai 1:25.000.Sumber peta dapat diperoleh di Bakosurtanal sementara sampai tahun2004 baru sebagian dari Indonesia yang sudah dipetakan dengan skala1:25.000.
Adapun yang harus diamati pada peta ini adalah:
1. Lokasi pemukiman dan daerah,
2. Jalur jalan,
3. Elevasi tanah.

II.3 Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih adalah banyaknya air yang diperlukan untuk melayani penduduk yang dibagi dalam dua klasifikasi pemakaian air, yaitu untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan non domestik. Dalam melayani jumlah cakupan pelayanan penduduk akan air bersih sesuai target, maka direncanakan kapasitas sistem penyediaan air bersih yang dibagi dalam dua klasifikasi pemakaian air, yaitu untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan non domestik.
1.      Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestik (Rumah Tangga).
Menurut Anonimus, (1990) menyatakan bahwa kebutuhan domestik dimaksudkan adalah untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi keperluan rumah tangga yang dilakukan melalui Sambungan Rumah (SR) dan kebutuhan umum yang disediakan melalui fasilitas Hidran Umum (HU). Pada Tabel 2.1 dibawah ini menunjukkan besar debit domestik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan domestik diperhitungkan terhadap beberapa faktor:
a. Jumlah penduduk yang akan dilayani menurut target tahapan perencanaan sesuai dengan rencana cakupan pelayanan.
b. Tingkat pemakaian air bersih diasumsikan tergantung pada kategori daerah dan jumlah penduduknya.

Tabel 1.1 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jenis Kota dan Jumlah Penduduk.
No
Kategori
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Pemakaian Air
(ltr/hari/jiwa)
1
Metropolitan

>1.000.000
150
2
Kota Besar

500.000-1.000.000
120
3
Kota Sedang

100.000-500.000
100
4
Kota Kecil

25.000-100.000
90
5
Ibukota Kecamatan

10.000-25.000
60
6
Pedesaan
<10.000
50
Sumber: Anonimus, 1990.
2.      Kebutuhan Air Bersih Untuk Non Domestik.
Menurut Anonimus, (1990), kebutuhan air bersih non domestik  dialokasikan pada pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air bersih berbagai fasilitas sosial dan
komersial yaitu fasilitas pendidikan, peribadatan, pusat pelayanan kesehatan, instansi pemerintahan dan perniagaan. Besarnya pemakaian air untuk kebutuhan non domestik diperhitungkan 20% dari kebutuhan domestik.
a.      Kebutuhan Air Rata-Rata
Menurut Anonimus, (1990), dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan. Air Bersih menyatakan bahwa kebutuhan rata-rata distribusi air bersih perharinya adalah jumlah kebutuhan air untuk keperluan domestik (rumah tangga) ditambahkan dengan kebutuhan air untuk keperluan non domestik.
Qr = Qd + Qnd ............................................................. (2.2)
Keterangan:
Qr = Kebutuhan air rata-rata (ltr/dtk).
Qd = Kebutuhan air untuk keperluan domestik (ltr/dtk).
Qnd = Kebutuhan air untuk keperluan non domestik (ltr/dtk).
Berdasarkan Anonimus, (1990) dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, kebutuhan air pada hari maksimum (Qm) adalah pemakaian air harian rata-rata tertinggi dalam satu tahun yang diasumsikan sebesar 110% dari kebutuhan rata-rata.
b.      Kebutuhan Sistem dan Kapasitas Desain
Menurut Anonimus, (1990) dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, kapasitas desain adalah kapasitas produksi yang dibutuhkan oleh sistem penyediaan air yang direncanakan terhadap kebutuhan air di daerah perencanaan. Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, memberikan rumusan untuk menghitung kapasitas produksi yaitu:
Qprod = Qm + Qh ........................................................ (2.3)
Keterangan:
Qprod = Kapasitas produksi (ltr/dt).
Qm = Kapasitas air hari maksimum (ltr/dt).
Qh = Kehilangan air (ltr/dt).
c.       Definisi Kehilangan Air
Menurut Anonimus, (1990) dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, kehilangan air adalah tidak sampainya air yang diproduksi kepada pelanggan atau konsumen. Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih
memberikan batasan faktor kehilangan air yang diperbolehkan tidak melebihi angka toleransi sebesar 20% dari kapasitas debit produksi.
            Kehilangan air merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada suatu sistem penyediaan air, baik terhadap PDAM maupun terhadap konsumen.dengan adanya kehilangan maka PDAM akan menderita kerugian secara ekonomisdan finansial, sedangkan kerugian yang diderita pihak konsumen adalah terganggu kapasitas dan kontinuitas pelayanan.
            Menurut Djamal, Z., dkk (2009)kehilangan air bersih perpipaan atau air PAM sering disebut sebagaiNon-Revenue-Water (NRW), atau ada juga yang menggunakan istilahUnacounted For Water (UFW) terutama jika komponen air yang sah dipakaiatau digunakan oleh pemakai tetapi tidak tertagih (unbilled authorized consumption) dapat diabaikan karena tidak terlalu signifikan besarnya.Sederhananya adalah air bersih hasil olahan yang tidak menjadipendapatan (revenue) pengelola karena kesalahan pengelolaan dansebab-sebab lain disebut secara umum sebagai “kebocoran”.
            Selanjutnya Djamal, Z., dkk (2009)kehilangan Air (Water Losses) adalah selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan air dan jumlah air yang dikonsumsi.
Kehilangan Air = Jumlah Air yang dipasok - Jumlah Air yang dikonsumsi .... (2.4)
            Sedangkan Tingkat Kehilangan Air adalah persentase perbandingan antara kehilangan air dan jumlah air yang dipasok ke dalam jaringanperpipaan air.
Tingkat Kehilangan Air  x 100%..................... (2.5)
Menurut Richard G., et al (2000) Secara umum, air yang tidak terhitungUnaccounted-For Water (UFW) adalah perbedaan antara air yang dipasok ke sistem distribusi danairyang meninggalkan sistem melalui penggunaand imaksud.
Selanjutnya MWAC, (1999) UFW dapat didefinisikan sebagai persentase air yang dihasilkan dari sumber air baku yang tidak diperhitungkan. Sedangkan Yepes, (1995) UFW didefinisikan perbedaan antara air yang diantar kesistem distribusi dan air yang dijual.
Battermann, A., (2001) Unaccounted-For Water didefinisikan sebagai
hilangnya air dihitung sebagai perbedaan antara kuantitas air diumpankan kedalam sistem distribusi (produksi air minum) dan kuantitas air dimanfaatkan dengan sah, yang telah dimeterkan atau dapat diperkirakan. Kuantitas air dimasukkan yang sah belum termasuk pemakaian masyarakat yang tidak dimeterkan.
Menurut Djamal, Z., dkk (2009)kehilangan air atau NRW berbeda dengan Kebocoran Air (Water Leakage). Pengertian kebocoran air dapat dikatakan lebih sempit darikehilangan air.Water leakage, yang diartikan kebocoran air dan biasanyaistilah water leakage sering diilustrasikan dengan gambar “pipabocor”.Oleh sebab itu water leakage atau kebocoran air lebih tepatdigunakan untuk kehilangan air secara fisik/teknis saja.
Berdasarkan hasil seminar Perpamsi 2005 menyatakan bahwa Air yang Tak Bisa Direkeningkan (ATBD) adalah input sistem dikurangi konsumsi rekening sehingga dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
ATBD = Input Sistem – Konsumsi Berekening ............................. (2.6)
Sehingga kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisihantara volume yang masuk ke dalam sistem dan konsumsi resmi denganvolume air yang ditagihkan kepada pelanggan. Kehilangan air harusbenar-benar dipertimbangkan sebagai bagian dari volume total untuksemua sistem, atau untuk sebagian sistem seperti pipa induk air baku,transmisi dan distribusi.
d.      Fluktuasi Kebutuhan Air
Jumlah pemakaian air oleh masyarakat untuk setiap waktu tidak berada dalam nilai yang sama. Aktivitas manusia yang berubah-ubah untuk setiap waktu
menyebabkan pemakaian air selama satu hari mengalami perubahan naik dan turun atau dapat disebut berfluktuasi. Fluktuasi Pemakaian air terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Faktor hari maksimum.
Pemakaian hari maksimum merupakan jumlah pemakaian air terbanyak dalam satu hari selama satu tahun. Debit pemakaian hari maksimum digunakan sebagai acuan dalam membuat sistem transmisi air bahan baku air minum. Perbandingan antara debit pemakaian hari maksimum dengan debit rata-rata akan menghasilkan faktor maksimum, fm.
2. Pemakaian jam puncak.
Jam puncak merupakan jam dimana terjadi pemakaian air terbesar dalam 24 jam. Faktor jam puncak (fp) mempunyai nilai yang berbalik dengan jumlah penduduk. Semakin tinggi jumlah penduduk maka besarnya faktor jam puncak akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya jumlah penduduk maka aktivitas penduduk tersebut juga akan semakin beragam sehingga fluktuasi pemakaian akan semakin kecil.
Nilai faktor hari maksimum dan faktor jam puncak telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya. Nilai-nilai tersebut seperti
terdapat pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2Nilai Faktor Hari Maksimum dan Faktor Jam Puncak.
No
Kategori
Jumlah Penduduk
(Jiwa)

Faktor Hari
Maksimum

Faktor Jam
Puncak
1
Metropolitan

>1.000.000
<10.000
1,1

1,5

2
Kota Besar

500.000-1.000.000

1,1

1,5

3
Kota Sedang

100.000-500.000

1,1

1,5

4
Kota Kecil

25.000-100.000

1,1

1,5

5
Ibukota Kecamatan

10.000-25.000

1,1

1,5

6
Pedesaan
<10.000
1,1
1,5

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya, 1998.

II.4 Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan salingberinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalamsosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempatiwilayah geografi dan ruang tertentu.
Penduduk suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
1.      Orang yang tinggal di daerah tersebut
2.      Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal didaerah lain. Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal. Pertambahan Penduduk di Indonesia Penduduk dunia saat ini telah mencapai lebih dari 6 miliar,dimana di antara jumlah tersebut, 80 persen tinggal di negara-negara berkembang. Sementara itu, United Nations (2001) memproyeksikan bahwa penduduk perkotaan di negara-negara berkembang terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 2,4 persen per tahun. Angka ini merupakan dua kali lipat angka pertumbuhan penduduk total negara-negara berkembang pada umumnya, yakni sekitar 1,2 persen. Meski penduduk perkotaan di negara-negara maju juga meningkat denganangka pertumbuhan yang lebih besar daripada angka pertumbuhan penduduk totalnya, dan juga angka urbanisasinya jauh lebih besar dari pada negara-negara berkembang, pertumbuhan perkotaan dinegara-negara berkembang tetap lebih cepat disertai dengan meningkatnya penduduk perkotaan secara absolut.
Sensus Penduduk 2000 menunjukkan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia telah mencapai lebih dari 85 juta jiwa, dengan laju kenaikan sebesar 4,40 persen per tahun selama kurun 1990-2000. Jumlah itu kira-kira hampir 42 persen dari total jumlah penduduk. Mengikuti kecenderungan tersebut, dewasa ini (2005) diperkirakan bahwa jumlah penduduk perkotaan telah melampaui 100 juta jiwa, dan kini hampir setengah jumlah penduduk Indonesia tinggaldi wilayah perkotaan. Hal ini tentu saja berdampak sangat luas pada upaya perencanaan dan pengelolaan pembangunan wilayah perkotaan. Meningkatnya proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan dapat berarti bahwa penduduk berbondong-bondong pindah dari pedesaan ke perkotaan, atau dengan kata lain penduduk melakukan urbanisasi. Secara demografis sumber pertumbuhan penduduk perkotaan.
Pertambahan penduduk alamiah, yaitu jumlah orang yang lahir dikurangi jumlah yang meninggal; migrasi penduduk khususnya dari wilayah perdesaan (rural) ke wilayah perkotaan (urban); sertareklasifikasi, yaitu perubahan status suatu desa (lokalitas), dari lokalitasrural menjadi lokalitas urban, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Sensus oleh Badan Pusat Statistik.  Pertambahan penduduk alamiah berkontribusi sekitar sepertiga bagian sedangkan migrasi dan reklasifikasi memberikan andil dua pertiga kepada kenaikan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia, dalamkurun 1990-1995. Dengan kata lain migrasi sesungguhnya masih merupakan faktor  utama dalam penduduk perkotaan di Indonesia. Kegiatan industri dan jasa di kota-kota tersebut yang semakin berorientasi pada perekonomian global, telah mendorong perkembangan fisik dan sosial ekonomi kota, namun semakin memperlemah keterkaitannya dengan ekonomi lokal, khususnya ekonomi perdesaan karena upah di pedasaan lebih kecil dari upah di perkotaan. Dampak yang paling nyata hanyalah meningkatnya permintaan tenaga kerja, yang pada gilirannya sangat memacu laju pergerakan penduduk dari desa ke kota dan makin mempersulit lowongan pekerjaan karena banyak persaingan orang yang dari desa ke ke kota untuk mencari kerja. (http://adiatmojo1.blogspot.com/2012/10/pengertian-pendudu.html)
II.5 Kerangka Berpikir
Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan, manusia wajib minum air putih minimal 2 liter (atau 8 gelas) per hari dan maksimum 7% kali berat badan. Tumbuhan (flora) dan binatang (fauna) juga mutlak membutuhkan air. Tanpa air keduanya akan mati, sehingga dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. Dengan kata lain air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup.
Air bersih yang di konsumsi oleh penduduk pulai maitara adalah air hujan dan air sumur, penduduk pulau maitara pada saat musim hujan penduduk menggunakan air hujan dan air sumur untuk dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari, dan pada saat musim kemarau penduduk kekurangan air bersih untuk di konsumsi, sebab sebagian besar air sumur penduduk setempat hampir mengering dan berubah warna dari air yang jernih berubah menjadi agak kecoklatan. Untuk mendapatkan air bersih dan di konsumsi dalam kehidupan sehari-hari, penduduk pulau maitara mengambil air di Pulau Tidore tepatnya di sekitar Kelurahan Rum Kota Tidore Kepulauan, air yang di ambil adalah air sumur. Dengan demikian maka kerangka berpikir dapat digunakan adalah sebagai berikut :

Bagan Kerangka Berpikir
Analisis Kebutuhan Air Bersih
                                
Musim Hujan
Musim Kemarau
Kepulauan Hiri kecamatan faudu
Air Sumur
Mengkonsumsi Air Sumur yang diambil di kecamatan faudu
 


















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian
      Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian secara kualitatif deskriptif, yang bertujuan mengungkap atau mendeskripsikan gejala yang telah ada dan atau sedang berlangsung.
III.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Pulau Hiri kecamatan  faudu, pada bulan oktober sampai dengan bulan november 2014.
III.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah penduduk pulau faudu, dengan jumlah responden 20 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10  perempuan.
III.4 Variabel Penelitian
Variable penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu peneliti (Arikunto, 2006).
Variabel dalam penelitian ini meliputi Analisis Kebutuhan Air Bersih di Pulau Hiri kecamatan faudu.



Tabel 1.3 Variabel dan indikator penelitian
No
Variabel
Indikator penelitian
Sumber data
1.
Analisis kebutuhan air bersih
1.Air Hujan
2.Air Sumur


Data primer




            III.5 Teknik Pengumpulan Data

a.      Observasi 
            Guna memperoleh data yang lengkap untuk mendukung penelitian ini, tehnik pengumpulan data di lakukan dengan cara observasi dan kuisioner. Observasi di lakukan di pulau hiri dengan wawancara beberapa tokoh masyarakat, dan kepala kelurahan setempat. Kuisioner  di lakukan dengan tanya  jawab.
b.      Wawancara
Wawancara adalah instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya
c.       Dokumentasi
Dokumentasi penelitian menggunakan data dokumentasi berupa gambar, atau foto-foto pada lokasi penelitin pada saat meneliti pengumpulan data terkait dengan pengetahuan masyarakat tentang analisis kebutuhan air bersih.

III.6 Analisis Data
            Setelah dikumpulkan selanjutnya data tersebut akan diolah dan dianalisa dengan rumus:
            P =   100 %
Keterangan :
P   Subjek       
F    Frekuensi
N   Jumlah responden

            III.7 Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini dimaksud untuk memberikan batasa-batasan dari istilah yang ada dalam judul proposal penelitian. Hal ini bertujuan untuk menghindari keslahpahaman penafsiran, dari beberapa istilah yang digunakan dalam judul penenlitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Air adalah zat atau material atau unsur penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini dibumi, tetapi tidak di planet lain dalam sistem tata surya dan menutupi hampir 71% permukaan bumi
b.      Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu. 2002. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Jurnal : Rizki Aji Hertanty, kebijakan-sosial-dalam-menanggulangi-masalah-kemiskinan.selasa 29 Desember 2009.
Soerjani. Moh, Rofiq Ahmad, Munir Rezy. 1987. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia
Prasetya, Tri Joko. 1998. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar